Saya sudah beberapa kali mengunjungi Museum Fatahillah namun belum pernah sekalipun makan di Cafe Batavia yang terletak diseberangnya.

Kemarin, alhamdulillaah, saya mempunyai kesempatan untuk mengunjunginya. Saya mengunjungi Cafe Batavia bersama my two lovely nieces and my son for lunch. Sehari sebelumnya saya menelpon untuk reservasi tempat dan petugas yang menerima telepon menyarankan untuk duduk di meja sebelah jendela. Saya pun setuju.

Esok harinya kami tiba di Cafe Batavia tepat waktu. Sesuai reservasi, meja kami berada didekat jendela di lantai dua. Rupanya meja dekat jendela ini merupakan lokasi favorit. Dari jendela kita bisa menikmati pemandangan Taman Fatahillah.

Ini foto memang sengaja pakai efek blur? tapi masih bisa kelihatan kaan kalau semu meja dekat jendela penuh terisi ?
Ini foto memang sengaja pakai efek blur tapi masih bisa kelihatan, kan, kalau semua meja dekat jendela penuh terisi
Pemandangan dari lantai 2
Pemandangan dari lantai 2

Menu makanan yang ditawarkan ada dua macam, Asian dan Western. Saat membaca menu, saya terkejut ketika menemukan makanan yang terbuat dari daging babi (saya muslim dan tidak diperbolehkan memakan daging atau olahan apapun yang mengandung babi). Langsung saya panggil salah satu pelayan. Saya mau kritik kenapa mereka tidak memberi tahu bahwa ada menu babi padahal kami berjilbab dan karena saya orang Jawa yang penuh basa-basi maka sebelum ke pokok masalah saya malah bertanya, “mbak, disini ada menu babinya, ya?”. Pelayan tersebut mengatakan bahwa alat masaknya dibedakan antara masakan yang mengandung daging babi dengan yang tidak.

Setelah melihat situasi dan kondisi saat itu serta mempertimbangkan beberapa hal dengan cepat, saya memutuskan tetap makan di Cafe Batavia. Kami bertiga memilih menu nasi dan spaghetti untuk anak saya serta satu poffertjes sebagai makanan penutup.

2015-10-03 08.55.56_resized_1
Nasi Campur Meneer
Nasi Campur Bali
Nasi Campur Bali
Poffertjes
Poffertjes

Setelah selesai memesan, saya melihat sepasang pria dan wanita muslim (mereka berwajah arab dan sang wanita mengenakan kerudung) juga sedang memesan makanan. Pengunjung cafe sebagian besar merupakan orang (turis) asing. Beberapa orang yang duduk dibelakang meja kami tampak seperti orang Indonesia tapi kemudian terdengar obrolan mereka dan ternyata mereka berbicara dalam bahasa asing. Didepan dan disamping meja kamipun penuh dengan orang asing berkulit putih (orang Indonesia menyebut mereka ‘bule’ ?). Jadi tak perlu heran jika harga makanan di cafe ini juga tampaknya disesuaikan dengan standar harga untuk orang asing yang biasanya sama dengan standar harga restoran menengah keatas ?.

Interior cafe ini tampak vintage dan elegan. Tak heran jika sering jadi lokasi pemotretan prewedding. Cafe Batavia memberikan tarif untuk photo prewedding. Sebelum dan sesudah kedatangan kami pun sedang ada sesi pemotretan prewedding. Padahal kami berada disana selama 2 jam. Mungkin yang melakukan pemotretan bisa seharian berada disana.

Lantai 1 tampak remang-remang
Lantai 1 tampak remang-remang
Lantai 2 tampak terang-benderang oleh sinar matahari yang masuk dari jendela
Lantai 2 tampak terang-benderang oleh sinar matahari yang masuk dari jendela

Para pelayannya ramah-ramah. Mereka selalu tersenyum. Bahkan salah satu pelayan pria dengan sigap (tanpa kami minta) menawarkan bantuannya untuk memotret kami sebelum kami makan. Saat kami berfoto di area tangga sebelum pulang, pelayan yang membantu kami memotret pun dengan sabar dan sambil senyum menunggu kami melihat hasilnya dan berkata bahwa ia akan membantu memotretkan lagi jika hasil fotonya kurang bagus.

Area tangga yang menjadi icon Cafe Batavia
Area tangga yang sudah jadi icon Cafe Batavia

Selesai makan, kami menumpang shalat dzuhur di mushalla cafe. Jujur saja saya tidak menyangka ada mushalla di cafe ini saat diberitahu pelayan. Sayang sekali mushallanya kecil dan tampak seadanya jika dibandingkan dengan luas bangunan dan interior cafe yang tampak elegan. Namun seharusnya hal tersebut tidak mengejutkan saya karena dengan adanya menu masakan babi sudah menunjukkan bahwa restoran ini kurang bersahabat dengan para muslim. Meski begitu saya tetap bersyukur, pemilik cafe ini sudah memperhatikan kebutuhan ibadah (setidaknya para karyawannya) yang muslim.

Sebelum pulang, saya mampir ke kamar mandi mengantar anak saya buang air kecil. Foto-foto hiasan bergambar manusia yang terpajang didinding kamar mandi membuat saya terkejut. Diantara foto-foto tersebut terpajang beberapa foto orang telanjang. Awalnya saya mengira foto-foto tersebut foto biasa seperti yang terpajang diarea tangga ternyataaa…. ??. Saat saya suruh anak saya masuk ke toilet, tiba-tiba saja dia mogok tidak mau masuk. Lalu saya tanya, “Kenapa?”. Anak saya hanya menunjuk ke foto-foto nudis tersebut. Begitu menyadari apa yang anak saya tunjuk, cepat-cepat saya bawa dia keluar dari kamar mandi.

Saya sempat memotret bagian dalam kamar mandi sebelum si Tengah mogok
Saya sempat memotret bagian dalam kamar mandi sebelum anak saya mogok

Kesimpulannya, cafe Batavia tidak cocok untuk para muslim dari segi makanan dan tidak cocok juga untuk keluarga yang membawa anak-anak, karena ya itu tadi, foto-foto nudis.

CAFE BATAVIA

Jalan Pintu Besar Utara No.14

Jakarta Kota Jakarta Barat,

DKI Jakarta 11230, Indonesia

Telp. +62 21 6915973 atau 6915573

www.cafebatavia.com